PENTAS LENONG BANGSAWAN ‘Raja Bontot’ di Teater Kecil TIM Dibanjiri Penonton

Artis Komedi267 Dilihat

JAKARTA, ARTIS6.COM ■ Perpaduan gaya lenong Denes (tradisional) dan teater modern, nampak mencuat dalam pentas Lenong Bangsawan berlakon ‘Raja Bontot’ selama tiga hari berturut-turut (9-11 Desember) kemarin, bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM Jakarta). Makna yang bisa diambil dari pertunjukkan tersebut, tak cuma menghibur, tapi juga sarat dengan pesan moral yang bisa dibawa pulang khususnya bagi penonton.

Yang jelas, Sanggar Oplet Robet (Ocehan Plesetan Rombongan Betawi) sebagai pemangku hajat, patut mendapat acungan jempol. Kenapa? Ya, karena konsistensinya untuk terus concern dalam pengembangan seni budaya tradisi (Lenong) yang dipadu dengan kekuatan teater modern. Sukses, so pasti!Kendati memadukan kedua hal di atas dalam petunjukkannya, namun justru mengemasnya dengan era kekinian. Baik itu mengutamakan aspek artistik, penataan lampu, penataaan semi musik orkestra maupun penataan busana yang sangat khas dari pertunjukkan Lenong Bangsawan.

Adanya pengkayaan naskah karya Yamin Azhari plus balutan akting panggung dibawah ‘komando’ sutradara Maulana Firdaus, jelas-jelas bikin puas penonton yang memadati kapasitas bangku 2020 alias full Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM). Tak salah jika menyebutnya sebagai sebuah pertunjukan yang edukatif dan menghibur serta sarat akan pesan moral.

Berbekal optimisme, Oplet Robet pimpinan Qubil AJ, sangat yakin kalau pertunjukkan teater tradisi lebih luwes di dalam berinteraksi dengan penonton. Begitu pula untuk ceritanya, tidak berpatokan pada cerita 1001 malam yang biasa dibawakan oleh Lenong Denes (tradisi) alias keluar dari pakem tradisi Betawi.

Yang jelas, apa yang dilakukan Maulana Firdaus karena keterbatasan para pemain terkait bakat serta wawasan para pemain tentang Lenong Denes. Jadi, penampilannya digiring ke dalam pertunjukkan ala modern. Meski tetap ada sedikit ciri khas awal, konsep tak sepenuhnya ditinggalkan.

Pada faktanya, para aktor dan aktris dipilih sangat pas di dalam memainkan karakternya. Ada letupan lelucon sehingga memberikan warna, kalau pementasan jadi tambah hidup. Segar dan menghibur. Kemunculan 20-an pemain malah justru terlihat saling isi. Dari situlah kelebihan Oplet Robet dalam setiap pertunjukkannya.

Sedangkan untuk deretan pemain Lenong Bangsawan dengan lakon ‘Raja Bontot’ menampilkan pemain Qubil AJ, Rudy Sipit, Oppie Kumis, Rini S Bon Bon, Edi Oglek, Muhajir, Jay Kamdi, Yani Shafrudin, Atin Kisam, Ucup Jaka, Saban bin Bokir dan Mpok Engkar.

Pentas Lenong Bangsawan dengan lakon ‘Raja Bontot’ mengisahkan tentang suksesi kepemimpinan di suatu kerajaan. Seorang Raja yang sudah tua merasa sudah tidak mampu lagi memimpin kerajaan, berniat lengser dari kedudukannya. Kemudian, Raja memilih Pangeran Sulung untuk menggantikannya.

Sungguh di luar dugaan Raja. Kenapa? Karena, anak sulung Raja, justru tidak bersedia menjadi Raja karena dia memilih menikah dengan gadis desa yang ia cintai.
Sebab, dalam peraturan kerajaan, apabila calon penerus kerajaan menikah dengan wanita di luar kasta kerajaan, maka haknya menjadi Raja akan hilang dengan sendirinya.

Sikap Pangeran Sulung mengaku ikhlas tidak menjadi Raja, tentu saja demi menikahi gadis yang dicintainya. Raja memaksa agar ia berubah pikiran. Namun semakin dipaksa si Sulung semakin bersikeras hatinya. Akhirnya sang Pangeran pergi dari kerajaan untuk menikahi kekasihnya.

Justru ditengah kebingungannya, Raja dan Permaisuri, tetap berpikir keras. Siapa lagi yang pantas menggantikannya sebagai Raja. Tiba tiba seorang Tuna Netra bijak menasihati raja agar memilih putra keduanya, Pangeran Bontot, menjadi raja.

Karuan saja, Raja dan Permaisuri kaget. Atas dasar apa si Tua Bijak mengatakan hal itu, karena semua orang di kerajaan tahu Pangeran Bontot tidak meyakinkan penampilan dan pemikirannya. Begitu juga sifat dan kelakuannya yang masih kekanak-kanakan meskipun usianya sudah dewasa.

Sikap keragu-raguan Raja dan Permaisuri justru dimanfaatkan oleh Perdana Menteri. Secara diam diam merencanakan makar untuk menggulingkan Raja. Sampai akhirnya, Raja dan Permaisuri mau mengikuti nasihat si Tua Bijak untuk menobatkan Pangeran Bontot menjadi Raja.

Namun lagi-lagi Raja dan Permaisuri kecewa karena Pangeran Bontot malah ngambek ketika diminta menjadi Raja. Sang Pangeran Bontot merasa lebih nyaman dengan dunia kekanak-kanakannya.

Pangeran Bontot mengikuti jejak kakaknya. Ia kabur dengan diam diam, maka gegerlah seisi kerajaan. Raja menyuruh pengawal setia untuk mencari Pangeran Bontot. Pangeran Bontot bertemu kakaknya (Pangeran Sulung), akhirnya pengawal menceritakan semua kejadian di kerajaan sepeninggal Pangeran Sulung.

Istri Pangeran Sulung membaca potensi yang ada di Pangeran Bontot. Lalu membujuk suaminya untuk membawa Pangeran Bontot ke suatu padepokan untuk digembleng mental dan pemikirannya. Pangeran Bontot berubah menjadi seorang Pangeran yang tampan dan berpikiran cemerlang.

Berkat bimbingan sang guru, ia sadar bahwa ada tanggungjawab yang harus dipikul untuk kerajaannya. Begitu cukup ilmu, khirnya sang Pangeran Bontot pulang ke kerajaan. Tapi ternyata kerajaan sudah dikuasai oleh Perdana Menteri dan kolega-koleganya.

Pangeran Bontot marah. Apalagi tahu, kalau Raja dan Permaisuri (orangtuanya) dipenjarakan oleh Perdana Menteri yang sekarang menjadi Raja. Karenanya, ia berniat ingin mengembalikan kerajaannya. Sang Pangeran Bontot berhasil menumbangkan Raja Baru (Perdana Menteri) dan membebaskan ayah dan ibunya.

Setelah berhasil merebut kembali, Perdana Menteri dipenjarakan atas tuduhan telah melakukan kudeta. Kemudian, diangkatlah Raja Bontot memimpin kerajaan itu dengan begitu bijaksana.Secara keseluruhan pertunjukkan sangat memuaskan penonton. Semoga ke depannya, Oplet Robet, masih terus bisa berkarya dengan karya-karya gemilang. Qubil AJ alias Ramdhani, bisa disebut menjadi ‘motor baru’ di dalam menggairahkan pementasan Lenong Denes (tradisional) yang dipadu dengan teater modern. ■ [GUYS]